Konsep
Buku Non Fiksi
Pertemuan : 15
Moderator :
Ibu Musiin, M. Pd.
Nara
Sumber : Ibu.
Arofiah Afifi
Tema : Konsep Buku Non
Fiksi
Assalamu’alaikum Teman-teman
Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang 27 kali ini sudah mencapai pertemuan ke 15 Kelas. kali ini yang bertugas sebagai moderator adalah Ibu Arofiah Afifi, yang biasa di panggil Bu Ovi.
Narasumber pada kesempatan kali ini adalah Ibu Musiin, M. Pd, yang biasa dipanggil Bu Iin oleh orang-orang di sekitarnya. Beliau lahir di kota Tahu Takwa Kediri dan merupakan seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak tahun 1998. Memiliki hobi membaca buku, menulis, travelling dan memasak. Kecintaan akan profesi guru Bahasa Inggris membawanya menempuh Short Course di SEAMEO RELC Singapura tahun 2015. Pengalaman mengajar dimulai dari menjadi dosen pada tahun 1994 di STKIP PGRI Jombang, STIE Dewantara Jombang dan tutor bagi pekerja asing di PT Chiel Jedang Jombang. Di lingkungan dunia pendidikan, Beliau aktif menjadi tim pengembang mata pelajaran Bahasa Inggris dan tim penilai angka kredit guru di tingkat Kabupaten Kediri. Dalam bidang kewirausahaan, Beliau merupakan founder PT In Jaya yang bergerak di bidang ekspedisi untuk pendistribusian produksi Indomarco dan Indolakto Pasuruan. Selain itu PT In Jaya merupakan pemasok bahan baku tebu bagi pabrik gula di wilayah Madiun, Malang dan Kediri. Kebetulan Beliau adalah alumni kelas belajar menulis gelombang 8 yang mendapat tantangan menulis Prof. Eko Indrajit, dan berhasil menaklukkan tantangan menulis Prof Eko. Beliau telah banyak melahirkan Buku baik antologi maupun solo. Buku Beliau telah berhasil menghias indah di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya beliau berjudul Literasi Digital Nusantara Meningkatkan Daya Saing Generasi.
Materi yang disampaikan oleh nara sumber pada kali ini adalah tentang Konsep Buku Non Fiksi.
Teman-teman
Saat kita ingin menulis sesuatu, mungkin hanya baru terfikirkan atau terbayangkan dalam benak kita tentang apa yang mau kita tulis, atau mungkin baru hanya ada ide yang terbayangkan, nah dari ide itulah kita wujudkan dan kita kongkretkan dalam bentuk abstrak. Inilah yang dinamakan konsep atau rancangan. Sehingga konsep atau rancangan tersebut yang nanti dikembangkan menjadi bentuk tulisan utuh. Bisa jadi tulisan-tulisan tersebut dapat menjadi suatu cerita non fiksi. Non fiksi adalah karangan atau tulisan yang bersifat informatif yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian Buku Non Fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya). Nonfiksi adalah klasifikasi untuk setiap karya informatif yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan (Wikipedia).
Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir cinta menulis.
Mengapa
kita harus menulis?. Dan Poynter, seorang penulis terkenal pernah menulis
sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula,
judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita
lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis mengukir perjalanan hidup kita. Jadi, semua tergantung pada individu masing-masing
apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak.
Nara
sumber juga menjelaskan sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan yang
kuat mengapa ingin menjadi penulis. Beliau memberikan alasan mengapa Beliau
ingin menjadi penulis :
- Mewariskan
ilmu lewat buku
- Ingin
punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun
offline.
- Mengembangkan
profesi sebagai seorang guru.
- Mendorong diri sendiri untuk terus belajar.
Berikut
ada kutipan terkenal dari Imam Ghazali
dan Pramoedya Ananta Toer yang bisa menjadi penguat kita mengapa kita ingin
menjadi penulis.
Menurut nara sumber, Buku nonfiksi adalah sebuah bentuk buku yang berisi karangan atau tulisan yang sifatnya berupa informasi dan penulisnya memiliki tanggung jawab atas isi kebenaran isi buku tersebut yang diambil dari peristiwa, orang, tempat atau fakta informasi di dalam buku tersebut.
Berikut
ini adalah contoh-contoh buku nonfiksi :
- Buku
Pedoman
- Buku
Teks
- Buku
Pelajaran
- Buku
Motivasi
- Buku
Filsafat
- Buku
Sains Populer
- Kamus
- Ensiklopedia
- Biografi
- Otobigrafi
- Memoar
Kemudian,
ciri-ciri buku nonfiksi adalah sebagai berikut :
- Menggunakan
Bahasa Yang Baku Atau Formal
- Menggunakan
bahasa yang denotatif.
- Isi
buku berkaitan dengan fakta
- Tulisan
bersifat ilmiah popular
- Hasil penemuan atau yang sudah ada
Lebih
lanjut, nara sumber menjelaskan dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
- Pola
Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari
sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran
- Pola
Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
- Pola
Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini
diterapkan pada buku-buku kumpulan
tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara)
Langkah-langkah
dalam penulisan buku nonfiksi terdapat lima langkah yaitu adalah sebagai
berikut :
- Pratulis
- Menulis
Draf
- Merevisi
Draf
- Menyunting
Naskah
- Menerbitkan
Dalam langkah pertama
dalam penulisan Buku Non Fiksi yakni Pratulis, kita dapat membuat beberapa tahapan,
yaitu :
- Menentukan
tema
- Menemukan
ide
- Merencanakan
jenis tulisan
- Mengumpulkan
bahan tulisan
- Bertukar
pikiran
- Menyusun
daftar
- Meriset
- Membuat
Mind Mapping
- Menyusun kerangka
Untuk menentukan Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah bisa tentang parenting, pendidikan, motivasi dan lain-lain..
Untuk
melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, kita bisa mendapatkan
dari berbagai hal, contoh diantaranya dari :
- Pengalaman
pribadi
- Pengalaman
orang lain
- Berita
di media massa
- Status
Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
- Imajinasi
- Mengamati
lingkungan
- Perenungan
- Membaca
buku
- Survey
- Wawancara
Untuk itu kita harus selalu terus membaca, dan berpikir kritis. Tujuannya adalah kita bisa menangkap fenomena alam, maupun sosial dengan cerdas. Semua murid semua guru harus menjadi pedoman kita, supaya kita terus belajar, belajar dan belajar.
Nara sumber menjelaskan lagi soal tema yang diangkat di bukunya adalah tentang pendidikan. Idenya berasal dari berita di media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Referensinya berasal dari data dan fakta yang diperoleh dari literasi di internet.
Kemudian,
untuk referensi penulisan buku bisa dari sumber-sumber berikut ini:
- Pengetahuan
yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
- Keterampilan
yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
- Pengalaman
yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;
- Penemuan
yang telah didapatkan.
- Pemikiran yang telah direnungkan
Tahap
berikutnya dalam kegiatan Pratulis adalah membuat kerangka. Contoh Kerangka
tulisan dalam buku yang buat oleh nara sumber yang diajukan dan disetujui untuk
melanjutkan ke proses penulisan yang berjudul Literasi Digital Nusantara
Meningkatkan Daya Saing Generasi, adalah sebagai berikut :
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia
A.
Pembagian Generasi Pengguna Internet
B.
Karakteristik Generasi Dalam Berinternet
BAB 2 Media Sosial
A.
Media Sosial
B.
UU ITE
C.
Kejahatan di Media Sosial
BAB 3 Literasi Digital
A.
Pengertian
B.
Elemen
C.
Pengembangan
D.
Kerangka Literasi Digital
E.
Level Kompetensi Literasi Digital
F.
Manfaat
G.
Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
H.
Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
A.
Keluarga
B.
Sekolah
C.
Masyarakat
BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun
Digital Mindset Warganet +62
A.
Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
B.
Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
C.
Membangun Digital Mindset Warganet +62
Berikut
ini merupakan anatomi buku nonfiksi, yaitu :
- Halaman
Judul
- Halaman
Persembahan (OPSIONAL)
- Halaman
Daftar Isi
- Halaman
Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
- Halaman
Prakata
- Halaman
Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
- Bagian
/Bab
- Halaman
Lampiran (OPSIONAL)
- Halaman
Glosarium
- Halaman Daftar
Pustaka
- Halaman Indeks
- Halaman Tentang Penulis
Langkah Kedua dalam
penulisan Buku Non Fiksi yakni Menulis Draf, kita dapat membuat beberapa tahapan,
yaitu :
- Menuangkan
konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
- Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan
Langkah Ketiga dalam
penulisan Buku Non Fiksi yakni Merevisi Draf, dengan tahapan, sebagai berikut :
- Merevisi
sistematika/struktur tulisan dan penyajian
- Memeriksa gambaran besar dari naskah.
Langkah Keempat dalam
penulisan Buku Non Fiksi yakni Menyunting
Naskah, yang sesuai dengan KBBI dan PUEBI, diantaranya adalah :
- Ejaan
- Tata
bahasa
- Diksi
- Data
dan fakta
- Legalitas dan norma
Demikianlah teman-teman, ulasan tentang konsep buku non fiksi, yang bisa menjadi acuan teman-teman untuk bisa memulai menulis buku non fiksi, yang tentunya sesuai dengan tahapan dan langkah-langkah yang sudah dijabarkan. Dan ini juga bisa menjadi reminder buat saya pribadi.
“Saya secara pribadi telah berhasil mengalahkan ketakutan dari diri saya sendiri. Ketakutan itu ternyata merendahkan potensi saya untuk menulis”. (Musiin, M. Pd)
"Jika ditanya , bagaimana kamu menulis, maka aku akan menjawab, satu demi satu kata. (Stephen king).
Semoga bermanfaat
Salam
hangat penuh semangat
Terima kasih banyak telah membuat resume yang menarik.
BalasHapusResume y
Lengkap 👍..semangat
Good job
BalasHapus