Jumat, 30 September 2022

Mengenal Penerbit Indie

 


Mengenal Penerbit Indie

 

Pertemuan                : 17

Moderator                  : Ibu Helwiyah

Nara Sumber             : Bpk. Mukminin, S. Pd, M. Pd

Tema                          : Mengenal Penerbit Indie

 

Assalamu’alaikum Teman-teman

Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang 27 kali ini sudah mencapai pertemuan ke 17. Kelas kali ini yang bertugas sebagai moderator adalah Ibu Helwiyah. Beliau adalah Alumni BM Angkatan 20.

Narasumber pada kesempatan kali ini adalah Bpk. Mukminin, S.Pd., M.Pd. Beliau adalah Alumni Kelas BM Gelombang 8. Beliau lahir di Jombang, 6 Juli 1965. Beliau pernah bersekolah di SDN dan SMP Segodorejo  Sumobito 1979, Lulus SPN Jombang 1985,  Lulus D2  IKIP NEGERI Surabaya tahun1987. Lulus S1 IKIP PGRI Tuban 1998, kemudian Lulus S2 UNISDA LAMONGAN 2012. Jurusan Bahasa dan Sarta Indonesia. Saat ini Beliau adalah Guru di SMPN I Kedungpring Lamongan Jawa Timur. Beliau juga merupakan seorang Direktur dari Penerbit buku Kamila Press Lamongan. Beliau juga sudah banyak menerbitkan buku antologi maupun buku solo.

Materi yang disampaikan oleh nara sumber pada kali ini adalah tentang Mengenal Penerbit Indie.

Teman-teman

Dalam menerbitkan buku yang sudah kita tulis dan buat, ada bermacam-macam penerbit yang bisa menjadi pilihan, namun kita harus bisa memilih mana penerbit yang benar-benar sudah besar atau biasa disebut Penerbit Mayor, ataupun penerbit yang masih dalam pengembangan kearah yang besar, atau juga penerbit yang sifatnya mandiri atau independent. Berbicara masalah independent, saat ini banyak juga penerbit yang bergerak sendiri secara mandiri atau independent

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Independen adalah kebebasan, bebas, merdeka atau berdiri sendiri. Secara umum, independen adalah  sebagai sikap mental yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu pertimbangan profesional, sehingga memungkinkan seseorang individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta menerapkan skeptisisme profesional.

Menurut Wikipedia, Penerbit independen atau penerbit indie atau penerbit mandiri adalah cara alternatif untuk menerbitkan buku atau media yang bisa dilakukan secara mandiri oleh penulis. Pada umumnya, dalam hal penjualan, penerbit independen memiliki pasar yang lebih kecil dibandingkan dengan penerbit mayor atau penerbit besar.

Narasumber menjelaskan, Pada zaman melenial ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru pastinya memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif. Kisah dan pengalaman inspiratif tersebut perlu kita tulis dan selesaikan untuk diterbitkan bukunya agar menjadi bermanfaat bagi orang lain atau pembaca.

Narasumber menjelaskan lagi bahwa untuk bisa terlatih menulis memang butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis. Berbicara tentang motivasi, ada banyak kata-kata motivasi agar kita terus semangat menulis. Melalui kata-kata mutiara tentang menulis bisa menjadi motivasi agar sukses dalam berkarya.

Berikut ada beberapa kata-kata motivasi yang bisa menjadi penyemangat kita saat menulis :

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib




"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". - Imam Al-Ghazali 


Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan Buku yang Tepat.

Menurut narasumber, Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan buku. Berikut Ada 5 tahapan yang harus dilalui:

1.    Prawriting.

  • Tahap awal penulis mencari ide apa yang akan ditulis dg peka terhadap sekitar ( Pay attention).
  • Penulis hrs kreatif menangkap fenomena yg terjadi di sekitar untuk menjadi tulisan.
  • Penulis banyak membaca buku.

2.    Drafting

Penulis mulai menulis naskah buku sesuai  yang dengan apa yang die sukai ( pasion). Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dg penuk kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekpresi untuk menarik pembaca.


3.    Revisi

Setelah naskah selesai maka kita lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang,   naskah mana yg perlu ditambahkan.

 

4.    Editting/ Swasunting

Setelah naskah kita revisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit, kan malu kalau banyak kesalahan. Maka penulis dituntut untuk memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EBBI.

 

5.    Publikasi 

Jika tulisan Anda yg berupa naskah buku sudah yakin maka Anda memasuki tahap Publikasi atau penerbitan  buku.

 

Setelah selesai, mungkin timbul pertanyaan “apakah kita sudah mempunyai pandangan tentang penerbit yang akan menerbitkan buku kita?

Dengan timbulnya pertanyaan, jangan khawatir buat teman-teman karena kita bisa menyerahkan naskah kita kepada penerbit indie, adalah penerbit (Independen) yang kita tahu. Narasumber memberi tahu Beberapa penerbit indie yang ada, yaitu:

Ø  Oase

Ø  Gemala

Ø  YPTD  

Ø  Kamila Press Lamongan.

Narasumber menjelaskan kembali, penerbit buku ada 2 macam. Pertama adalah Penerbit Mayor dan kedua adalah Penerbit Indhie. Berikut perbedaan nya :

1.    Jumlah Cetakan di penerbit mayor.

  • Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.
  • Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD (Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dan lain-lain.

 

2.    Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

  • Penerbit mayor :

Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar, dan tingginya tingkat penolakan.

  • Penerbit indie :

Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan, tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti akan diterbitkan. Penerbit indie adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.

 

3.    Profesionalitas

  • Penerbit mayor :

Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.

  • Penerbit indie :

Penerbit indie pun profesional, tetapi sering disalah artikan. Banyak sekali anggapan menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak, jadi, jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit kita dan jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah Cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan book paper ( kertas coklat halus). Penerbit indie akan menjaga mutu Cover bagus cerah mengkilat isi buku kertas coklat halus dan awet ( book paper).

 

4.    Waktu Penerbitan

  • Penerbit mayor :

Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.

  • Penerbit indie :

Tentu berbeda, penerbit inti akan segera memproses naskah yang diterima dengan cepat. Dalam hitungan minggu buku kita sudah bisa terbit. Karena memang penerbit indie tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Penerbit indie menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.

 

5.    Royalti

  • Penerbit mayor :

kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.

  • Penerbit indie :

umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat fb, Instagram, wa grup, Twitter, status, dan lain-lain.

 

6.    Biaya penerbitan

  • Penerbit mayor :

Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit.

  • Penerbit indie :

Berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.

Narasumber memberikan gambaran tentang Penerbit Indie yang dikelolannya yaitu Penerbit KAMILA PRESS LAMONGAN yang melayani cetak buku, dengan jasa ISBN,  editing,  Lay out, dan  design cover buku  dengan harga terjangkau.

Adapun syarat-syarat penerbitan buku di KAMILA PRESS LAMONGAN:

1.    Mengirimkan naskah lengkap mulai judul, kata pengantar, daftar isi, naskah daftar isi, daftar pustaka, biodata penulis dengan fotonya dan sinopsis

2.    Ketik  A5 ukurannya 14,8 x 21 cm, spasi 1,15 ukuran fon 11 dan margin kanan 2 cm, kiri 2 cm, atas 2 cm dan bawah 2 cm. Gunakan huruf  Arial, calibri atau  Cambria dan masukkan dalam 1 file kirim ke WA atau email gusmukminin@gmail.com



Sudah banyak buku yang diterbitkan oleh Kamila Press termasuk narasumber sendiri yang sudah menerbitkan bukunya dan kebetulan Beliau juga menjadi Direktur nya.

Beberapa contoh buku yang sudah diterbitkan :







Jadi bagaimana teman-teman?, jangan khawatir jika kita sudah menulis buku dan ingin diterbitkan. Ada banyak macam penerbit indie disekitar kita. Silahkan memilih penerbit mana yang akan menjadi rekan kita dalam menerbitkan buku kita nanti. Mungkin penerbit Kamila Press bisa menjadi pilihan teman-teman. 

Bagi pemikir, buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan ditulis. Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskan. Bagi penulis ,tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan. Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukan. Maka, ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran. Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis.,agar banyak orang yang dapat membacanya. Abadi dalam bentuk  kumpulan buah fikiran yang tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku. (Helwiyah)

"Tiada kata terlambat untuk menulis, tulislah segera apa yang Anda suka, Anda lihat, Anda baca, Anda dengar,   Anda rasakan untuk berbagi kebaikan". ( Cak Inin 2020)

"Torehkan penamu dari hikmah jejak kakimu siapa tahu itu jadi penolongmu". (Cak Inin 2020)

 

Semoga bermanfaat

Salam hangat penuh semangat


Selasa, 27 September 2022

Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis


 

Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis

 

Pertemuan                : 16

Moderator                  : Bpk. Sim Chung Wei, S. Pd.

Nara Sumber             : Bpk. Yulius Roma Patandean, S. Pd

Tema                          : Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis

 

Assalamu’alaikum Teman-teman

Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang 27 kali ini sudah mencapai pertemuan ke 16 Kelas. kali ini yang bertugas sebagai moderator adalah Bpk. Sim Chung Wei, S. Pd yang biasa dipanggil Koko Sim. Saat ini moderator adalah pengajar di SPK saint Peter School, Jakarta Utara. Beliau alumni peserta Belajar Menulis PGRI asuhan Om Jay gelombang 26 (Mei-Juli 2022). Bersama rekan-rekan BM 25 dan 26 telah menerbitkan 2 buku antologi dan sedang dalam penyusunan buku solo.  

Narasumber pada kesempatan kali ini adalah Bpk. Yulius Roma Patandean, S.Pd., M.Pd. Lahir di Salubarani, Gandangbatu Sillanan, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, 6 Juli 1984. Menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Kristen Indonesia Toraja (2003-2007) dan pendidikan S2 di Institut Agama Kristen Negeri Toraja (2019-2021). Tahun 2007-2015 mengajar di SMAN 9 Tana Toraja. Tahun 2009 menjadi guru PNS dan mengajar di SMAN 3 Tana Toraja hingga tahun 2015. Tahun 2015-sekarang sebagai guru Bahasa Inggris di SMAN 5 Tana Toraja. Ia pernah menjadi pengajar tidak tetap di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia Toraja, Tutor Universitas Terbuka dan Fasilitator Belajar Yayasan Trampil Indonesia. Prestasi yang pernah diraihnya adalah Pemenang Ketiga Lomba Kreatifitas Guru Tingkat SMA pada Porseni PGRI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017. Meraih dua medali emas dan tiga medali perunggu Gurulympics PGRI tahun 2020. Guru Berprestasi jenjang SMA Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021. Pemenang Kedua Lomba Video Best Practice Mengajar Dari Rumah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021. Memperoleh penghargaan dari Gubernur Sulawesi Selatan sebagai Guru Berprestasi Tingkat SMA tahun 2022.

Materi yang disampaikan oleh nara sumber pada kali ini adalah tentang Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis.

Teman-teman

Pastinya setiap hari kita terbiasa dengan melakukan hal-hal yang sering kita lakukan dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali, setiap saat, setiap waktu kita melakukannya dengan cara kita sendiri, dengan pola kita sendiri. Bahkan hampir setiap harinya yang kita lakukan itu seakan akan sudah di atur dan ada aturannya, sehingga setiap yang kita lakukan itu tidak salah karena sesuai aturan. Hal inilah yang dinamakan aturan yang sistematis. Kita yang membuat dan kita yang melaksanakan.

Sama seperti halnya dalam menulis, itu pun juga kita harus tahu dan perlu ada yang namanya aturan, agar apa yang kita tulis itu tidak keluar jalur dan tersusun secara sistematis dari awal sampai akhir. Apalagi tentang suatu penyusunan, katakanlah tentang penyusunan sebuah buku, kita perlu atur penyusunannya dengan jelas, rinci dan sistematis. Kita harus menyusun langkah demi langkahnya secara sistematis agar sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sistematis adalah teratur menurut sistem, memakai sistem, atau dengan cara yang diatur baik-baik. Sistematis berasal dari kata sistematika dan berakar dari kata systema yang berarti suatu susunan atau sistem. Menurut Wikipedia, Sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya.

Nara sumber menjelaskan, dalam menyusun buku, terdapat banyak cara yang efektif dalam mengedit dan menyusun naskah buku secara sistematis, salah satunya bisa menggunakan Mendeley. Tetapi pada akhirnya, keberhasilan akan menjadi tanggung jawab penulis ketika ia berusaha untuk mengembangkan gaya dan proses yang sesuai untuk dirinya, terutama bagi kita selaku penulis pemula. Selain itu, kita bisa mencari referensi, bantuan penulisan, dengarkan saran, baca contoh-contoh tulisan dari penulis pemula yang telah berhasil, tetapi hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mulai menulis. Akan ada banyak percobaan dan kekeliruan serta kejenuhan yang akan dialami, tetapi pada titik tertentu, kita hanya perlu menulis. Berhasilnya tulisan tidak akan pernah terjadi jika kita tidak mencobanya, termasuk mengedit naskahnya.

Nara sumber menjelaskan lagi, Ketika kita menulis, kita akan menemukan apa yang kita sukai. kita akan memutuskan urutan apa yang ingin dilakukan, dan kita akan mempelajari alat dan perangkat lunak penulisan mana yang paling cocok untuk kita gunakan. Dengan tujuan, akan membuat naskah buku lebih mudah untuk diselesaikan. Kemudian, bagaimana nara sumber menikmati menulis dan mengedit naskahnya?.  Sebenarnya Beliau hanya menggunakan fasilitas murah meriah dari Microsoft Word. Dan Beliau juga membagikan tutrorialnya bagaimana cara menulis lewat channel YouTube nya di https://youtu.be/eePQwyHAcjw dan di https://youtu.be/jXPr59aWJSc .

 

Nara sumber kembali menjelaskan, Setelah kita menemukan gaya/cara mengedit naskah tulisan dan melakukannya beberapa kali, tentunya kita akan memiliki wawasan sendiri untuk terus dipraktekkan dan kalau perlu dibagikan kepada orang lain. Dunia menulis terus berkembang, dan siapa pun yang telah menulis, entah buku solo, antologi, fiksi atau non fiksi, pastinya akan memiliki pengalaman berharga untuk dilakukan dan dibagikan. Sebuah buku yang bagus tidak akan pernah membuahkan hasil jika kita tidak memiliki ide buku yang bagus pula untuk memulainya. Kita dapat menulis sesuatu dengan ide apa pun, tetapi terkadang ide itu tidak cukup untuk menyelesaikan keseluruhan buku. Maka, keterampilan menyusun naskah buku ayng berserakan sangat penting, karena itu akan membantu menyambungkan ide-ide dari bab-bab yang ada. Ide bagus bisa datang dari mana saja. Dari kalimat di buku lain hingga percakapan yang kita dengar,atau ketika sedang menikmati minuman dan makanan. Setiap penulis memiliki proses yang berbeda, dan proses tersebut akan berkembang dan berkembang terus ketika kita terus menulis. Jika bapak/ibu adalah penulis pemula, pertimbangkanlah bahwa “saya harus bisa menerbitkan buku solo pertama saya dengan cara dan gaya saya sendiri”. Itu akan sangat berkesan dan bernilai.

 


Ketika naskah buku sudah selesai, maka kita harus mengedit atau memeriksa. Mengedit naskah buku adalah salah satu sesi yang paling akan membosankan, memakan waktu, dan sering membuat frustrasi dalam proses penulisan. Meskipun sama sekali tidak dapat dihindari, kita harus tetap melakukannya dengan tenang dan teliti. Bisa jadi karena terbiasa mengedit, sehingga lama kelamaan jadi terbiasa dan bisa lebih mudah melakukannya.

Sebelum menutup kelas, nara sumber memberikan Clossing Statementnya. “Seorang penulis lima buku kemungkinan besar lebih terkenal daripada penulis yang hanya menerbitkan satu buku. Agar lebih dikenal dan mendapatkan lebih banyak, maka sering-seringlah menulis dan mempublikasikan. Bapak/ibu dapat menulis 1-3 buku yang diterbitkan sendiri setiap tahun dengan ide yang bersumber dari keadaan di sekitarnya”.

“Tuliskan beberapa kata dan lanjutkan....terus menulis dan buktikan apa yang terjadi”. (Omjay)

Semoga bermanfaat.

Salam hangat penuh semangat.

Senin, 26 September 2022

Konsep Buku Non Fiksi


 

Konsep Buku Non Fiksi

 

Pertemuan                : 15

Moderator                  : Ibu Musiin, M. Pd.

Nara Sumber             : Ibu. Arofiah Afifi

Tema                          : Konsep Buku Non Fiksi

 

Assalamu’alaikum Teman-teman

Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang 27 kali ini sudah mencapai pertemuan ke 15 Kelas. kali ini yang bertugas sebagai moderator adalah Ibu Arofiah Afifi, yang biasa di panggil Bu Ovi.  

Narasumber pada kesempatan kali ini adalah Ibu Musiin, M. Pd, yang biasa dipanggil Bu Iin oleh orang-orang di sekitarnya. Beliau lahir di kota Tahu Takwa Kediri dan merupakan seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak tahun 1998. Memiliki hobi membaca buku, menulis, travelling  dan memasak. Kecintaan akan profesi guru Bahasa Inggris membawanya menempuh Short Course di SEAMEO RELC Singapura tahun 2015. Pengalaman mengajar dimulai dari menjadi dosen pada tahun 1994 di STKIP PGRI Jombang, STIE Dewantara Jombang dan tutor bagi pekerja asing di PT Chiel Jedang Jombang. Di lingkungan dunia pendidikan, Beliau aktif menjadi tim pengembang mata pelajaran Bahasa Inggris dan tim penilai angka kredit guru di tingkat Kabupaten Kediri. Dalam bidang kewirausahaan, Beliau merupakan founder PT In Jaya yang bergerak di bidang ekspedisi untuk pendistribusian produksi Indomarco dan Indolakto Pasuruan. Selain itu PT In Jaya merupakan pemasok bahan baku tebu  bagi pabrik gula di wilayah Madiun, Malang dan Kediri. Kebetulan Beliau adalah alumni kelas belajar menulis gelombang 8 yang  mendapat tantangan menulis  Prof. Eko Indrajit,  dan berhasil menaklukkan tantangan menulis Prof Eko. Beliau telah banyak melahirkan Buku baik antologi maupun solo. Buku Beliau telah berhasil menghias indah di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya beliau berjudul Literasi Digital Nusantara Meningkatkan Daya Saing Generasi.

Materi yang disampaikan oleh nara sumber pada kali ini adalah tentang Konsep Buku Non Fiksi.

Teman-teman

Saat kita ingin menulis sesuatu, mungkin hanya baru terfikirkan atau terbayangkan dalam benak kita tentang apa yang mau kita tulis, atau mungkin baru hanya ada ide yang terbayangkan, nah dari ide itulah kita wujudkan dan kita kongkretkan dalam bentuk abstrak. Inilah yang dinamakan konsep atau rancangan. Sehingga konsep atau rancangan tersebut yang nanti dikembangkan menjadi bentuk tulisan utuh. Bisa jadi tulisan-tulisan tersebut dapat menjadi suatu cerita non fiksi. Non fiksi adalah karangan atau tulisan yang bersifat informatif yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian Buku Non Fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya). Nonfiksi adalah klasifikasi untuk setiap karya informatif yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disajikan (Wikipedia).

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir cinta menulis.

Mengapa kita harus menulis?. Dan Poynter, seorang penulis terkenal pernah menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis  mengukir perjalanan  hidup kita. Jadi,  semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak.

 


Nara sumber juga menjelaskan sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan yang kuat mengapa ingin menjadi penulis. Beliau memberikan alasan mengapa Beliau ingin menjadi penulis :

  1. Mewariskan ilmu lewat buku
  2. Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
  3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
  4. Mendorong diri sendiri untuk terus belajar.

Berikut ada kutipan terkenal dari Imam Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer yang bisa menjadi penguat kita mengapa kita ingin menjadi penulis.




Menurut nara sumber, Buku nonfiksi adalah sebuah bentuk buku yang berisi karangan atau tulisan yang sifatnya berupa informasi dan penulisnya memiliki tanggung jawab atas isi kebenaran isi buku tersebut yang diambil dari peristiwa, orang, tempat atau fakta informasi di dalam buku tersebut.

Berikut ini adalah contoh-contoh buku nonfiksi :

  1. Buku Pedoman
  2. Buku Teks
  3. Buku Pelajaran
  4. Buku Motivasi
  5. Buku Filsafat
  6. Buku Sains Populer
  7. Kamus
  8. Ensiklopedia
  9. Biografi
  10. Otobigrafi
  11. Memoar

Kemudian, ciri-ciri buku nonfiksi adalah sebagai berikut :

  1. Menggunakan Bahasa Yang Baku Atau Formal      
  2. Menggunakan bahasa yang denotatif.
  3. Isi buku berkaitan dengan fakta
  4. Tulisan bersifat ilmiah popular
  5. Hasil penemuan atau yang sudah ada

Lebih lanjut, nara sumber menjelaskan dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

  1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) Contoh: Buku Pelajaran
  2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
  3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara)

Langkah-langkah dalam penulisan buku nonfiksi terdapat lima langkah yaitu adalah sebagai berikut :

  1. Pratulis
  2. Menulis Draf
  3. Merevisi Draf
  4. Menyunting Naskah
  5. Menerbitkan

 

Dalam langkah pertama dalam penulisan Buku Non Fiksi yakni Pratulis, kita dapat membuat beberapa tahapan, yaitu :

  1. Menentukan tema
  2. Menemukan ide
  3. Merencanakan jenis tulisan
  4. Mengumpulkan bahan tulisan
  5. Bertukar pikiran
  6. Menyusun daftar
  7. Meriset
  8. Membuat Mind Mapping
  9. Menyusun kerangka

Untuk menentukan Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah bisa tentang parenting, pendidikan, motivasi dan lain-lain..

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, kita bisa mendapatkan dari berbagai hal, contoh diantaranya dari :

  1. Pengalaman pribadi
  2. Pengalaman orang lain
  3. Berita di media massa
  4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
  5. Imajinasi
  6. Mengamati lingkungan
  7. Perenungan
  8. Membaca buku
  9. Survey
  10. Wawancara

Untuk itu kita harus selalu terus membaca, dan berpikir kritis. Tujuannya adalah kita bisa menangkap fenomena alam, maupun sosial dengan cerdas. Semua murid semua guru harus menjadi pedoman kita, supaya kita terus belajar, belajar dan belajar.

Nara sumber menjelaskan lagi soal tema yang diangkat di bukunya adalah tentang pendidikan. Idenya berasal dari berita di media massa,  mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Referensinya  berasal dari data dan fakta yang diperoleh dari literasi di internet.

Kemudian, untuk referensi penulisan buku bisa dari sumber-sumber berikut ini:

  1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
  2. Keterampilan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
  3. Pengalaman yang diperoleh sejak balita hingga saat ini ;
  4. Penemuan yang telah didapatkan.
  5. Pemikiran yang telah direnungkan

Tahap berikutnya dalam kegiatan Pratulis adalah membuat kerangka. Contoh Kerangka tulisan dalam buku yang buat oleh nara sumber yang diajukan dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan yang berjudul Literasi Digital Nusantara Meningkatkan Daya Saing Generasi, adalah sebagai berikut :

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia

A. Pembagian Generasi Pengguna Internet

B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet

BAB 2 Media Sosial

A. Media Sosial

B. UU ITE

C. Kejahatan di Media Sosial

BAB 3 Literasi Digital

A. Pengertian

B. Elemen

C. Pengembangan

D. Kerangka Literasi Digital

E. Level Kompetensi Literasi Digital

F. Manfaat

G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi

H. Kewargaan Digital

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara

A. Keluarga

B. Sekolah

C. Masyarakat

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia

B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia

C. Membangun Digital Mindset Warganet +62


Berikut ini merupakan anatomi buku nonfiksi, yaitu :

  1. Halaman Judul
  2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
  3. Halaman Daftar Isi
  4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
  5. Halaman Prakata
  6.  Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
  7. Bagian /Bab
  8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
  9. Halaman Glosarium
  10. Halaman Daftar Pustaka
  11. Halaman Indeks
  12. Halaman Tentang Penulis

Langkah Kedua dalam penulisan Buku Non Fiksi yakni Menulis Draf, kita dapat membuat beberapa tahapan, yaitu :

  1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
  2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Langkah Ketiga dalam penulisan Buku Non Fiksi yakni Merevisi Draf, dengan tahapan, sebagai berikut :

  1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
  2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.

Langkah Keempat dalam penulisan Buku Non Fiksi yakni Menyunting Naskah, yang sesuai dengan KBBI dan PUEBI, diantaranya adalah :

  1. Ejaan
  2. Tata bahasa
  3. Diksi
  4. Data dan fakta
  5. Legalitas dan norma

Demikianlah teman-teman, ulasan tentang konsep buku non fiksi, yang bisa menjadi acuan teman-teman untuk bisa memulai menulis buku non fiksi, yang tentunya sesuai dengan tahapan dan langkah-langkah yang sudah dijabarkan. Dan ini juga bisa menjadi reminder buat saya pribadi.

“Saya secara pribadi telah berhasil mengalahkan ketakutan dari diri saya sendiri. Ketakutan itu ternyata  merendahkan potensi saya untuk menulis”. (Musiin, M. Pd)

"Jika ditanya , bagaimana kamu menulis, maka aku akan menjawab, satu demi satu kata. (Stephen king).

Semoga bermanfaat

Salam hangat penuh semangat


  Persiapan Menjelang Liburan   Assalamualaikum... Hai Teman-teman... Beberapa saat lagi kita akan memasuki masa liburan, liburan kali...